Salah satu alternatif pewarna yang potensial namun belum banyak
termanfaatkan zat warna antosianin. Antosianin adalah merupakan pigmen yang
dapat memberikan warna biru, ungu, violet, merah, magenta, dan orange pada
tanaman seperti buah, sayuran, bunga, daun, akar, umbi, legume, dan sereal.
Pigmen ini bersifat larut dalam air dan dapat digunakan sebagai pewarna alami
pada pangan. Selain itu, beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa antosianin
mempunyai aktivitas biologis seperti antioksidan, antiinflamasi,
antikarsinogenik, antidiabetik, neuroprotektif.
Antosianin juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner
melalui aktifitas vasoprotektif, penghambatan agregasi platelet dan oksidasi
LDL. Karena banyaknya manfaat, dan terlebih fungsinya yang sangat potensial
sebagai pewarna alami yang aman bagi manusia, seharusnya antosianin ini bisa
lebih dimanfaatkan untuk mengganti tren pewarna makanan sintetis saat ini.
Salah satu hal yang menarik dari antosianin adalah sumbernya yang
ternyata sangat melimpah, dan banyak diantaranya yang unik dan menguntungkan
untuk dimanfaatkan. Apa contohnya? Ternyata, sampah organik seperti kulit buah
manggis mengandung senyawa antosianin yang cukup melimpah dan sangat mungkin untuk
dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Kulit buah manggis (Garcinia mangostana),
memang sudah terbukti sebagai penghasil zat warna alami. Pigmen antosianin yang
terkandung dalam kulit buah manggis merupakan antosianin dan jenis cyaniding-3-sophoroside,
dan cyaniding-3-glucoside.
Bila dilihat dari keekonomiannya, pemanfaatan buah manggis sebagai
bahan baku pewarna alami terlihat sangat prospektif. Produksi manggis Indonesia
pada tahun 2007 mencapai 112.722 ton tetapi hanya sekitar 5.697 ton dari jumlah
total produksi sekitar 72.634 ton yang dapat di ekspor (Anonim, 2008). Sisanya
didalam negeri dengan harga yang jauh lebih murah. Hal ini dikarenakan buah
manggis memiliki grade yang rendah karena cacat atau undersize (Anonim,
2008). Melihat jumlah buah manggis undergrade yang mencapai 66.937 ton atau
sebanyak 92 persen dari total produksi manggis, maka sangatlah disayangkan jika
buah manggis tersebut tidak diolah lebih lanjut agar memiliki nilai tambah
dengan harga jual yang lebih tinggi.
Saat ini, penggunaan antosianin sebagai pewarna semakin meluas,
tidak hanya sebagai pewarna wine tetapi juga sebagai pewarna soft drink, selai,
jeli, produk confectionary maupun frozen food (Anonim, 2008). Selain itu tren
masyarakat yang lebih memilih back to nature ataupun healty lifestyle
turut mendukung terjadinya peningkatan permintaan pasar akan antosianin sebagai
pewarna makanan alami.
Melihat hal ini, peluang untuk memasarkan produk pewarna alami ini
semakin terbuka lebar dan dapat berkembang menjadi semakin besar sebagai bisnis
yang menjanjikan. Diharapkan industri
antosianin dari buah manggis ini bisa menyerap banyak tenaga kerja aktif
dari kalangan masyarakat menengah ke
bawah. Disamping itu, kenyataan bahwa masih ada potensi lain, seperti contohnya
kulit buah rambutan yang ternyata bisa bersanding melengkapi buah manggis
menjadi sebuah harapan baru akan berkembangnya industri pewarna alami
Indonesia. Diharapkan solusi transformasi tren pewarna makanan di negara ini
menjadi awal baru bagi Indonesia yang lebih sehat dan juga bisa turut
menyelesaikan permasalahan perekonomian yang bisa menjadi merupakan akar dari
fenomena pewarna sintetik Negara ini.
Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat
No comments:
Post a Comment