#navbar-iframe { display: none !important; } Blog Kang Cepot: Mengurangi Radiasi Handphone

Tuesday, 7 February 2012

Mengurangi Radiasi Handphone



Sempat heboh saat World Health Organiztion merilis tentang kemungkinan ponsel bersifat karsinogenik berbahaya bagi manusia. Hasil radiasi ini mengungkapkan bahwa handphone terkandung zat seperti timbale, asap knalpot, dan kloroform. Hal ini terungkap setelah penelitian dilakukan oleh 31 ilmuwan dari 14 negara. Tim peneliti tersebut menemukan adanya peningkatan glioma dan peningkatan resiko kanker otak akustik neuroma bagi pengguna handphone.
Studi lanjutan masih terus dilakukan untuk mencari efek-efek lain dari radiasi tersebut, soalnya badan lingkungan eropa independen ini juga sedang mencari tahu risiko yang ditimbulkan dari radiasi tersebut. Nggak menutup kemungkinan risikonya sama besar dengan merokok. Belum lagi soal gelombang elektromagnetik yang sama bahayanya. Ini seperti efek yang ditimbulkan bagi tubuh masyarakat yang hidup terus menerus di bawah tower sutet, Wi-Fi dan BTS.
Butuh semacam inovasi buat meminimalisir efek telekomunikasi dan listrik. Bukan dengan cara menghilangkan teknologinya, yah? Yang penting memberikan edukasi tentang wawasan ini sambil menunggu pengembangan strategi untuk mengurangi paparan radiasi yang terbukti memiliki pengaruh biologis.
Ann Louise Gittleman, PhD, penulis buku best seller versi harian New York Times, memberikan sedikit tips untuk membatasi paparan radiasi handphone.
Mengaktifkan speaker, karena ketika mengobrol menggunakan speaker, akan mengurangi energy atau tingkat kekuatan radiasi handphone. Soalnya, kabel headset pada handphone bertindak sebagai antenna. Akibatnya jadi semacam pengirim radiasi elektromagnetik ke kepala.
Memaksimalkan sms, Dengan mengirim sms, justru membatasi durasi paparan radiasi dan menjaga jarak antara handpohen dengan kepala dan tubuh dari penggunanya. Ber sms pun nggak boleh sambil memangku handphone. Khusus,buat cowok ada study menemukan kerusakan vitalitas dan motilitas sperma yang meningkat. Dan ini nggak bagus buat rahim.
Kalau handphone tidak dipakai seperti malam hari mending pilih offline mode. Dengan begitu, transmitter nya mati, tapi handphone masih menyala. Kemudian, ada baiknya menelpon itu memindahkan handphone dari kuping kiri lalu ke kanan atau sebaliknya secara berulang-ulang. Hal ini justru bagus untuk membatasi paparan radiasi pada satu sisi kepala saja yang dikhawatirkan malah resiko tumor otak dan kanker kelenjar ludah pada kuping yang sering digunakan untuk mendengarkan handphone.
Selanjutnya, ketika berada di dalam kendaraan seperti mobil atau kereta yang melaju cepat, sebaiknya jangan menggunakan handphone karena secara otomatis memicu kekuatan sinyal hingga maksimum.
Tips lainnya yaitu jangan terlalu lama menelpon. Maksudnya biar paparan radiasi nggak menjadi kumulatif. Menelpon sebaiknya hanya untuk bikin janji saja. Kalau mau ngobrol mending ketemu saja. Atau memakai telepon rumah atau sosial media seperti facebook dan twitter.
Oh iya, perangkat smartphone seperti BB dan iphone, rupanya menghasilkan emisi yang lebih tinggi dibandingkan handphone biasa karena smartphone bergantung pada batrai untuk melakukan koneksi internet, dan sebagainya.
Tips berikutnya, jangan dulu dekatkan handphone sebelum tersambung karena saat ponsel terkoneksi, maka sinyal yang dikirim akan sangat kuat. Tunggu dulu aja sampai nyambung, baru dech deketin ponsel ke kuping.
Tips aman terakhir adalah jangan pernah membawa ponsel di saku celana. Mending di saku lain dech. Karena ada kecenderungaan serapan radiasi pada jaringan testicular jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan bagian tubuh yang lainnya. Ini adalah hasil penelitiannya dan sudah sering di publikasikan. Begitu juga saat tidur jauhkan handphone dari kepala saat tidur. Medan elektromagnetiknya bisa mengurangi melatonin pada tubuh dan menyapu radikal bebas yang dapat melindungi sel-sel tubuh dan kerusakan DNA.
Nah, kalau membutuhkan alarm nya taruh saja ponsel diatas meja. Masih kedengaran kan!!!


Sumber: Tabloid Majalah Gaul Edisi 20-26 Juni 2011

No comments:

Post a Comment