Penyakit lever (hepatitis), hingga
kini merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sulit disembuhkan.
Terutama bagi para penderita yang sudah mencapai tahapan stadium empat, fungsi
hatinya nyaris sudah tidak berfungsi. Selain dalam bentuk pengobatan, terapi
yang paling mahal adalah transplantasi hati. Untuk ini hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang berduit, karena biayanya sangat mahal dan dilakukan diluar
negeri seperti di Cina, Singapura, dan lain-lain.
Untuk pertama kalinya, para peneliti
farmasi dari beberapa perguruan tinggi
terkenal di dunia mengadakan penelitian untuk mencari obat yang ampuh melawan
penyakit ini. Para ahli melirik pada racun gurita yang sudah ratusan tahun
digunakan sebagai bahan pengobatan oleh suku bangsa Viking. Mereka menyatukan
pemahaman, tentang sifat-sifat racun sebagai sumber daya potensial untuk
pengembangan obat.
Studi yang dilakukan oleh tim
peneliti farmasi internasional itu gabungan dari para ahli dari University of
Merlbourne, Universitas, Universitas Teknologi Utretch, Universitas Ilmu
Pengetahuan Norwegia dan University of hamburg, meneliti sifat racun gurita
antartika.
Di kedalaman laut dengan temperatur
dibawah nol derajat, terdapat empat spesies gurita. Venom ini telah lama
diakui, sebagai sumber berharga berfotensi untuk pengembangan obat. Namun para
ilmuwan baru menemukan sebagian kecil saja kegunaannya untuk pengobatan.
Padahal masih banyak dari keluarga gurita seperti sotong, cumi-cumi, dan
ubur-ubur yang racunnya memiliki sifat unik, terutama spesies yang hidup di
suhu sub-nol derajat.
Dr Bryan Fry, team leader dari
Institut Bio-21 mengatakan, binatang berbisa ini sifat racunnya masih diliputi
kabut misteri dan masih butuh penelitian mendalam. Terutama yang menyangkut
bagaimana sifatdan kekuatan racun mereka yang telah beradaptasi dalam pengaruh
hidup di bawah temperature nol, yang pada kebanyakan venom akan kehilangan
fungsinya.
Fry mengatakan, telah menemukan
sejenis protein kecil baru di racun gurita, dengan kegiatan yang sangat
menarik. Protein ini diduga berfotensi dalam rancangan obat, namun untuk lebih
jelasnya akan terungkap setelah dilakukan studi lebih mendetail. Penelitian
berikutnya yaitu, sebuah pemahaman tentang struktur dan cara kerja racun, yang
ditemukan di semua gurita dapat membantu jadi obat untuk nyeri sendi, alergi
dan penyakit kanker hati.
Melalui pendanaan dari divisi
Antartika Australia, tim mengumpulkan 203 ekor gurita dari perairan Antartika.
Mereka kemudian mengelompokkan profil berdasarkan sifat genetis, dan specimen racunnya
di identifikasi di laboratorium. “Ternyata tidak hanya gurita Antartika yang
memiliki sifat venom unik. Di luar sana banyak species lain, yang memiliki
sifat protein racun lebih dari yang diperkirakan.” Dari urutan kingdomnya,
beberapa cumi berbisa menunjukkan mereka memiliki nenek moyang yang berbisa
juga. Hasil studi tentang sifat biokimia racun, yang berfotensi untuk bahan
obat kanker ini, akan diterbitkan dalam Journal of Molecular Evolution akhir
tahun ini.
Fry, ahli biokimia di Bio-21
Institute, dari University of Melbourne, mengemukakan, species gurita bercincin
biru, adalah satu-satunya kelompok yang sangat berbahaya bagi manusia. Spesies
ini menggunakan racunnya untuk melumpuhkan atau bahkan mematikan. Mangsanya.
Seekor kerang bila terkena sengatan racunnya akan lumpuh, dan cangkangnya akan
terbuka karena syarafnya lumpuh. “venom protein beracun dari gurita itu,
memiliki fungsi khusus seperti mellumpuhkan system saraf pusat,” katanya.
Sumber: Pikiran Rakyat Edisi 22
Desember 2011
No comments:
Post a Comment